Rabu, 29 April 2015

TERAPI PSIKOANALISA

I.  TERAPI PSIKOANALISA

A. Konsep Terapi

Sigmund Freud merupakan tokoh pendiri psikoanalisis atau disebut juga aliran psikologi dalam (depth psychology) ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul di permukaan air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu, yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conscious-ness). Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebutnya prakesadaran atau subconsciousness (preconsciousness). Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Bagian yang terbesar dari gunung es itu berada di bawah permukaan air sama sekali dan dalam hal jiwa merupakan alam ketidaksadaran (unconscousness). Terapi Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi

Konsep – konsep utama terapi psikoanalisis:
1. Struktur kepribadian
  • Id
  • Ego
  • super ego
2. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic,mekanistik dan reduksionistik
3. Kesadaran & Ketidaksadaran
a. Konsep ketidaksadaran
Contoh:
  • Mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan, hasrat dan konflik
  • Salah ucap / lupa → terhadap nama yg dikenal
  • Sugesti pascahipnotik
  • Bahan yg berasal dari teknik asosiasi bebas
  • Bahan yg berasal dari teknik proyektif
4. Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Berfungsi untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya
   macam kecemasan:
  • Kecemasan realistis
  • Kecemasan neurotic
  • Kecemasan moral
B. Unsur-unsur terapi
  1. Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat
     2. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudia hari apabila klien mengalami problem yang sama, maka klin akan lebih siap
    3. Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan  dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.

C. Teknik dasar dalam terapi psikoanalisa :
  1. Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat terapis.Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu, meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Terapis harus mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
  1. Interpretasi atau penafsiran
Adalah teknik yang digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari.Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran, terapis harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya.
  1. Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi). Isi yang brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
  1. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan.Resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya.Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran.Namun, yang penting bagi terapis adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
  1. Analisis Transferensi
Transferesnsi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien.Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.

D. Tujuan terapi :
  • Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini.
  • Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
  • Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
E. Peran terapis :
  • Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.
  • Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan pasien
  • Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita pasien


Sumber :
Sunardi, Permanarian dan M. Assjari.(2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar