I. TERAPI
PSIKOANALISA
A. Konsep Terapi
Sigmund Freud merupakan
tokoh pendiri psikoanalisis atau disebut juga aliran psikologi dalam (depth psychology) ini secara skematis
menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul di permukaan
air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu, yang dalam
hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conscious-ness).
Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebutnya prakesadaran atau
subconsciousness (preconsciousness).
Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau
ke kesadaran. Bagian yang terbesar dari gunung es itu berada di bawah permukaan
air sama sekali dan dalam hal jiwa merupakan alam ketidaksadaran (unconscousness). Terapi Psikoanalisa adalah sebuah
model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode
psikoterapi
Konsep
– konsep utama terapi psikoanalisis:
1.
Struktur kepribadian
- Id
- Ego
- super ego
2. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freud tentang sifat
manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic,mekanistik dan reduksionistik
3. Kesadaran & Ketidaksadaran
a. Konsep ketidaksadaran
Contoh:
- Mimpi → merupakan representative
simbolik dari kebutuhan, hasrat dan konflik
- Salah ucap / lupa → terhadap
nama yg dikenal
- Sugesti pascahipnotik
- Bahan yg berasal dari teknik
asosiasi bebas
- Bahan yg berasal dari teknik
proyektif
4. Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi
kita untuk berbuat sesuatu. Berfungsi untuk memperingatkan adanya ancaman
bahaya
macam kecemasan:
- Kecemasan realistis
- Kecemasan neurotic
- Kecemasan moral
B.
Unsur-unsur terapi
- Muncul gangguan
Terapis
berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari
klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian
terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien
mengalami gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan
mencari solusi dengan cepat
2. Tujuan terapi
Terfokus
kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudia hari apabila klien mengalami
problem yang sama, maka klin akan lebih siap
3. Peran terapis
Membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam
melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis,
membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar &
menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan
klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
C.
Teknik dasar dalam terapi psikoanalisa :
- Asosiasi bebas
Secara
mendasar, tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan
menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa
lampau.
Teknik
asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk
di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat
terapis.Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan
materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak
menutup-nutupi tanpa harus malu, meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak
logis, atau tidak relevan.
Terapis
harus mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu
mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya,
pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
- Interpretasi atau penafsiran
Adalah
teknik yang digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan
materi yang tidak disadari.Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi
tersebut melalui pemahaman baru dengan penuh kesadaran.
Dalam
memberikan penafsiran, terapis harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan
kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau
mengembangkan pertahanan dirinya.
- Analisis Mimpi
Setiap
mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten
(tersembunyi). Isi yang brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri
orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif
tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi
yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan
sumber-sumber konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada
mimpi-mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf
mengganggu.
- Analisis Resistensi
Resistensi
merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan
kecemasan.Resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan
materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri
terhadap kecemasan yang dialaminya.Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya
merupakan kewajaran.Namun, yang penting bagi terapis adalah bagaimana
pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk
selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan
timbulnya resistensi tersebut.
- Analisis Transferensi
Transferesnsi
atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari
orang-orang tertentu dalam masa silam klien.Pengalihan ini terkait dengan
perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak
terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik
analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan klien mampu mengembangkan
transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa
kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka
klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses
terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.
D. Tujuan terapi :
- Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari
munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi
karakteristik gangguan ini.
- Membentuk kembali struktur karakter individu dengan
membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
- Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa
anak-anak.
E. Peran terapis :
- Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis.
- Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak
mendengar & menafsirkan
- Terapis memberikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan pasien
- Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita
pasien
Sumber
:
Sunardi,
Permanarian dan M. Assjari.(2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Gunarsa,
S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar